Kamis, 24 Januari 2013

Kehidupan Para Dewi Part 3



Rasteniyata tidak berfikir panjang ia langsung keluar dari sarangnya yaitu pepohonan dan tanpa menghitung detik, ia pun langsung mati… Kralitsa Voda begitu paniknya tapi ia hanya melihat sekelilingnya tidak bisa melakukan apa-apa karena kalau ia meninggalkan air, nasibnya akan sama seperti Rasteniyata.
          Daun daun dan pepohonan mati, dalam sekejap tanah gersang dan tak ada lagi pepohonan.
          Kralitsa kembali ke Tagela tanpa memandang Pochva dan kedua Satyr. Sementara itu Pochva dan kedua Satyr kembali ke pegunungan tapi perasaan Gorski tidak menentu dengan perasaan bersalah yang besar karena cinta terlarangnya dengan Pochva.
Pochva : Gorski, kau sedang apa ? mengapa kau sendirian ? kemana
             kawanmu yang lain ? apakah sesuatu telah terjadi disini saat aku
             tidak ada ?
Gorski : Tidak Pochva, kau tidak usah berlebihan !!
Pochva : Kau ini kenapa Gorski ? apakah aku datang disaat yang salah ?
             ataukah kau masih marah dengan perkataan kakakku Kralitsa ?
          Belum selesai Pochva bicara ada air dengan derasnya menghantam mereka berdua.
Voda : Beraninya kau menyebut Rasteniyata kakakmu padahal kau telah
          membunuhnya.
Pochva : Voda…maafkan aku.
Voda : Sudah sadar kau rupanya !! MUNAFIK kau Pochva…
Pochva : Diam kau Voda ! kalau kau berani kau hadapi aku disini jangan di
             tempatmu saja !
Voda : Pochva kau hebat tapi kau BODOH ! kau mengajakku bertarung
           Disaat hujan seperti ini ? kakakku yang malang ayo lawan aku.
          Lidah air menyonsong Pochva dan menggulungnya, tapi tidak begitu lama karena Voda tidak mau ada kehancuran dewa.
Gorski : Pochva sudah cukup ! kau tidak boleh menyesali perbuatanmu
             sekarang, karena sudah terlambat. Beruntung kau mempunyai Voda
             yang hatinya selembut beludru. Jadi ia tidak menghancurkanmu
             seperti kau menghancurkan Rasteniyata.
          Gorski mengajak Pochva kembali ketempat semua peristiwa dimulai dan hidup aman disana bersama kawanannya.
          Di Tagela Kralitsa mendapatkan laporan dari Reino bahwa Pochva telah pergi dengan Satyr dan sudah hidup selama tiga tahun. Kralitsa yang berhati bersih ingin melihat Pochva kakaknya. Berangkatlah mereka ke tempat Pochva berada. Sesampainya di tempat pembunuhan Rasteniyata. Voda disambut oleh Satyr.
Satyr : Nyonya Kralitsa Voda yang baik, apa yang membuat nyonya dan
            Reino datang ke tempat yang tandus ini ?
Voda : Aku ke sini membawa air agar tanah disini tidah tandus dan
          ditumbuhi pepohonan yang tidak dimiliki dewa lagi.
setelah Kralitsa selesai bicara ada seorang wanita berbadan kurus dang menggendong seoran anak laki-laki. Namun yang tidak hilang dari dirinya adalah senyum riangnya. Ia juga ditemani dengan Satyr yang dulu pernah Kralitsa Voda serang dengan air.
Pochva : Hai Voda… kau cantik sekali. Aku rindu sekali padamu. Aku tidak
             menyangka kau masih mau menemuiku setelah apa yang telah
             kulakukan terhadap Rasteniyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar