Kamis, 24 Januari 2013

Kehidupan Para Dewi Part 2



Setelah sampai ditempat Kralitsa Voda memilih tempat yang paling basah dan paling dekat dengan saudaranya agar bisa dengan leluasa bicara tanpa harus mengancam nyawa masing-masing. Karena ketiga dewi ini sangat bergantung dengan tempat hidupnya.
Kralitsa Rasteniyata : Hai Voda adikku yang paling cantik…(sapa
                                 Rasteniyata).
Pochva Planini : Jadi maksudmu aku tidak cantik Litsa ? (ejek Pochva
                       dengan tertawa riang).
Kralitsa Voda : Oh ya ampun kakakku aku sangat merindukan saat seperti
                       ini…
          Air disekitar Kralitsa menjadi jernih menandakan kegembiraan Kralitsa.
Kralitsa Rasteniyata : Oh adikku, apa yang membuatmu mengumpulkan
                                 kami disini ?
Voda : Aku merasa ada yang berbeda dengan pergerakan tanah di sekitar
          kerajaanku, rakyatku resah. Apakah kau sedang marah Pochva ?
Rasteniyata : Oh ya aku juga merasakan hal yang sama, ada apa
                     sebenarnya Pochva ?
          Pochva tidak langsung menjawab melainkan meruntuhkan bukit Karst disekelilingnya.
Voda : Ada apa sebenarnya ? aku seperti mencium bau aneh pada tubuhmu.
           ini seperti bau…binatang ? yeks..kau ini..kau tidak dekat-dekat
           dengan binatang kan ? atau manusiakah ?
Rasteniyata : Kau tahu kita tidak boleh dekat-dekat dengan binatang apalagi
                    manusia, tolong jelaskan !
Voda : Cukup Rasteniyata ! Dengarkan Pochva.
Pochva : Terima kasih Voda. Maafkan aku sebelumnya, aku benar-benar tak
             menyangka ini akan terjadi tapi…aku sungguh mencintainya.
          Belum selesai Pochva bicara Rasteniyata memotong pembicaraannya.
Rasteniyata : Pochva ! kau tahu kita tidak boleh mencintainya, cinta hanya
                    untuk….
Voda : Cukup ! lanjutkan Pochva.
Pochva : Terima kasih Voda. kalian tahu, aku sangat mencintainya
             begitupun dia. Dia juga sangat mencintaiku, dia bukan seperti
             Satyr yang sering kita lihat. Ia mengerti posisiku.
Rasteniyata : aku tetap tidak suka.
          Beberapa saat kemudian angin bertiup kencang, ketiga dewi memusatkan perhatian pada arah datangnya angin. Dua Satyr muncul dibalik pegunungan.
Gorski : Maafkan kami jika kami membuat kalian tidak nyaman, tapi kami
             kesini hanya ingin melihat keadaan Pochva karena tadi kami
             melihat Pergerakan tanah yang tidak biasa. Kami sangat mengerti
             Pochva Sehingga kami takut terjadi sesuatu pada Pochva.
Rasteniyata : Beraninya kau !! kau fikir Pochva akan lebih aman bersamamu
                    keturunan campuran ? daripada bersama kami yang jelas
                    saudara kandungnya dan kami seorang Dewa. Perhatikan
                    dahulu apakah kau pantas mencintai seorang dewa hah ?.
          Kemudian Rasteniyata meluncurkan serangan-serangannya, sulur-sulur tanaman mengikat kaki kedua Satyr dan tanah di sekitar bergetar dan mulai menghancurkan sulur.
Pochva : Keluarlah dari sarangmu dan hadapi aku, jangan mereka ! (Pochva
             tersenyum angkuh).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar