Rasteniyata tidak berfikir
panjang ia langsung keluar dari sarangnya yaitu pepohonan dan tanpa menghitung
detik, ia pun langsung mati… Kralitsa Voda begitu paniknya tapi ia hanya
melihat sekelilingnya tidak bisa melakukan apa-apa karena kalau ia meninggalkan
air, nasibnya akan sama seperti Rasteniyata.
Daun
daun dan pepohonan mati, dalam sekejap tanah gersang dan tak ada lagi
pepohonan.
Kralitsa
kembali ke Tagela tanpa memandang Pochva dan kedua Satyr. Sementara itu Pochva
dan kedua Satyr kembali ke pegunungan tapi perasaan Gorski tidak menentu dengan
perasaan bersalah yang besar karena cinta terlarangnya dengan Pochva.
Pochva : Gorski, kau sedang apa
? mengapa kau sendirian ? kemana
kawanmu yang lain ? apakah sesuatu telah
terjadi disini saat aku
tidak ada ?
Gorski : Tidak Pochva, kau tidak
usah berlebihan !!
Pochva : Kau ini kenapa Gorski ?
apakah aku datang disaat yang salah ?
ataukah kau masih marah dengan perkataan
kakakku Kralitsa ?
Belum
selesai Pochva bicara ada air dengan derasnya menghantam mereka berdua.
Voda : Beraninya kau menyebut
Rasteniyata kakakmu padahal kau telah
membunuhnya.
Pochva : Voda…maafkan aku.
Voda : Sudah sadar kau rupanya
!! MUNAFIK kau Pochva…
Pochva : Diam kau Voda ! kalau
kau berani kau hadapi aku disini jangan di
tempatmu saja !
Voda : Pochva kau hebat tapi kau
BODOH ! kau mengajakku bertarung
Disaat hujan seperti ini ? kakakku yang malang ayo lawan aku.
Lidah
air menyonsong Pochva dan menggulungnya, tapi tidak begitu lama karena Voda
tidak mau ada kehancuran dewa.
Gorski : Pochva sudah cukup !
kau tidak boleh menyesali perbuatanmu
sekarang, karena sudah terlambat. Beruntung
kau mempunyai Voda
yang hatinya selembut beludru. Jadi ia tidak
menghancurkanmu
seperti
kau menghancurkan Rasteniyata.
Gorski
mengajak Pochva kembali ketempat semua peristiwa dimulai dan hidup aman disana
bersama kawanannya.
Di
Tagela Kralitsa mendapatkan laporan dari Reino bahwa Pochva telah pergi dengan
Satyr dan sudah hidup selama tiga tahun. Kralitsa yang berhati bersih ingin
melihat Pochva kakaknya. Berangkatlah mereka ke tempat Pochva berada.
Sesampainya di tempat pembunuhan Rasteniyata. Voda disambut oleh Satyr.
Satyr : Nyonya Kralitsa Voda
yang baik, apa yang membuat nyonya dan
Reino
datang ke tempat yang tandus ini ?
Voda : Aku ke sini membawa air
agar tanah disini tidah tandus dan
ditumbuhi
pepohonan yang tidak dimiliki dewa lagi.
setelah Kralitsa
selesai bicara ada seorang wanita berbadan kurus dang menggendong seoran anak
laki-laki. Namun yang tidak hilang dari dirinya adalah senyum riangnya. Ia juga
ditemani dengan Satyr yang dulu pernah Kralitsa Voda serang dengan air.
Pochva : Hai Voda… kau cantik
sekali. Aku rindu sekali padamu. Aku tidak
menyangka kau masih mau menemuiku setelah
apa yang telah
kulakukan terhadap Rasteniyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar