Setelah sampai ditempat Kralitsa
Voda memilih tempat yang paling basah dan paling dekat dengan saudaranya agar
bisa dengan leluasa bicara tanpa harus mengancam nyawa masing-masing. Karena
ketiga dewi ini sangat bergantung dengan tempat hidupnya.
Kralitsa Rasteniyata : Hai Voda
adikku yang paling cantik…(sapa
Rasteniyata).
Pochva Planini : Jadi maksudmu
aku tidak cantik Litsa ? (ejek Pochva
dengan tertawa riang).
Kralitsa Voda : Oh ya ampun
kakakku aku sangat merindukan saat seperti
ini…
Air
disekitar Kralitsa menjadi jernih menandakan kegembiraan Kralitsa.
Kralitsa Rasteniyata : Oh
adikku, apa yang membuatmu mengumpulkan
kami disini ?
Voda : Aku merasa ada yang
berbeda dengan pergerakan tanah di sekitar
kerajaanku,
rakyatku resah. Apakah kau sedang marah Pochva ?
Rasteniyata : Oh ya aku juga
merasakan hal yang sama, ada apa
sebenarnya Pochva ?
Pochva
tidak langsung menjawab melainkan meruntuhkan bukit Karst disekelilingnya.
Voda : Ada apa sebenarnya ? aku seperti mencium bau
aneh pada tubuhmu.
ini seperti bau…binatang ? yeks..kau ini..kau
tidak dekat-dekat
dengan binatang kan ? atau manusiakah ?
Rasteniyata : Kau tahu kita
tidak boleh dekat-dekat dengan binatang apalagi
manusia, tolong jelaskan !
Voda : Cukup Rasteniyata !
Dengarkan Pochva.
Pochva : Terima kasih Voda.
Maafkan aku sebelumnya, aku benar-benar tak
menyangka ini akan terjadi tapi…aku sungguh
mencintainya.
Belum
selesai Pochva bicara Rasteniyata memotong pembicaraannya.
Rasteniyata : Pochva ! kau tahu
kita tidak boleh mencintainya, cinta hanya
untuk….
Voda : Cukup ! lanjutkan Pochva.
Pochva : Terima kasih Voda. kalian
tahu, aku sangat mencintainya
begitupun dia. Dia juga sangat mencintaiku,
dia bukan seperti
Satyr yang sering kita lihat. Ia mengerti
posisiku.
Rasteniyata : aku tetap tidak
suka.
Beberapa
saat kemudian angin bertiup kencang, ketiga dewi memusatkan perhatian pada arah
datangnya angin. Dua Satyr muncul dibalik pegunungan.
Gorski : Maafkan kami jika kami
membuat kalian tidak nyaman, tapi kami
kesini hanya ingin melihat keadaan Pochva
karena tadi kami
melihat Pergerakan tanah yang tidak biasa.
Kami sangat mengerti
Pochva
Sehingga kami takut terjadi sesuatu pada Pochva.
Rasteniyata : Beraninya kau !!
kau fikir Pochva akan lebih aman bersamamu
keturunan campuran ? daripada bersama kami
yang jelas
saudara kandungnya dan kami seorang Dewa.
Perhatikan
dahulu apakah kau pantas mencintai seorang
dewa hah ?.
Kemudian
Rasteniyata meluncurkan serangan-serangannya, sulur-sulur tanaman mengikat kaki
kedua Satyr dan tanah di sekitar bergetar dan mulai menghancurkan sulur.
Pochva : Keluarlah dari sarangmu
dan hadapi aku, jangan mereka ! (Pochva
tersenyum angkuh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar